Jepang
dilaporkan tengah berencana mengembangkan sebuah superkomputer berkecepatan
tinggi. Komputer ini akan digunakan untuk menyangga manufaktur sekaligus
berfungsi sebagai platform penelitian dalam pengembangan di berbagai bidang,
seperti mobil otonomos, robotika, dan medis.
Mengutip
informasi dari Reuters, Selasa (29/11/2016), Kementerian Ekonomi, Perdagangan,
dan Industri Jepang telah mengalokasikan anggaran sekitar 19,5 miliar yen untuk
program ini. Menurut laporan, proyek ini sekaligus menjadi cara bagi Jepang
untuk kembali berkompetisi di jagat teknologi.
Seperti
diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, teknologi negeri berjuluk Matahari
Terbit tersebut mulai tersaingi oleh negara-negara tetangga. Korea Selatan dan
Tiongkok kini juga menjelma sebagai pusat teknologi baru yang diakui dunia.
Komputer
supercepat ini direncanakan dapat berjalan dengan kecepatan 130 kuadriliun per
detik atau sekitar 130 petaflops (satuan perhitungan kecepatan komputer).
Dengan kemampuan tersebut, komputer ini jelas mengalahkan superkomputer besutan
Tiongkok, Sunway Taihulight yang memiliki kecepatan 93 petaflops.
Menurut
Director General di Japan National Institute of Advanced Industrial Science
and Technology Satoshi Sekiguchi, sejauh ini belum ada komputer yang bisa
berjalan dengan kecepatan tersebut. Rencananya, proyek superkomputer ini akan
mulai dilaksanakan awal tahun depan.
Bentuk
keseriusan pemerintah Jepang juga ditunjukkan oleh Perdana Menteri Shinzo Abe.
Ia disebut telah memanggil sejumlah perusahaan, birokrat, dan politisi untuk bekerja
sama agar Jepang dapat berhasil di bidang robotika, baterai, energi terbarukan,
dan pasar lain yang sedang bertumbuh.
Tujuan
lain pengembangan superkomputer ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan. Lewat
teknologi deep learning, komputer dapat bekerja dengan algoritma yang meniru
saraf otak manusia agar dapat melakukan tugas baru dan menganalisis sejumlah
data.
Komputer
ini akan diberi nama ABCI, akronim dari AI Bridging Cloud Infrastructure.
Proses lelang proyek ini sudah dilakukan dan ditutup pada 8 Desember 2016.
Rencananya, komputer ini dapat digunakan perusahaan Jepang, yang kini masih
memanfaatkan teknologi perusahaan asing seperti Google dan Microsoft.